Sabtu, 31 Maret 2012

Kertas Kerja Wajib Potensi Mangan Di Kabupaten Rote Ndao

POTENSI MANGAN DI DESA SUNUSA
KABUPATEN ROTE NDAO
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR


KERTAS KERJA WAJIB




Oleh :

NAMA MAHASISWA      :     JOIS MALINDO DANO
NIM                                    :     551006 / A
JURUSAN                          :     TEKNIK UMUM
PROGRAM STUDI            :     KEINSPEKTURAN
DIPLOMA                          :     I (SATU)




KEMENTERIAN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL
PERGURUAN TINGGI KEDINASAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI-STEM
PTK AKAMIGAS-STEM

Cepu, Mei 2011




Menyetujui
Pembimbing Kertas Kerja Wajib



DR. IR. SABARDI MUSLIKI, MSC
NIP. 19490918 197809 1 001








Mengetahui
Ketua Program Studi Keinspekturan



Drs. LUCIUS RIYATNO, MM
NIP.  100 004 478


KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan Kertas Kerja Wajib yang berjudul POTENSI MANGAN DI DESA SUNUSA KABUPATEN ROTE NDAO PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR”  sebagai salah satu syarat kelulusan program diploma I pada program studi Keinspekturan I PTK Akamigas – STEM Cepu.
Kertas Kerja Wajib (KKW) ini dapat diselesaikan atas dorongan, saran, bantuan dan pemikiran berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan  terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1.    Ibu dan Istri tercinta yang senantiasa mendukung dan mendoakan Penulis;
2.    Bapak Ir. Toegas S. Soegiarto, MT selaku Direktur PTK AKAMIGAS-STEM;
3.    Bapak Drs. Lucius Riyatno, MM sebagai Kepala Prodi Keinspekturan PTK AKAMIGAS-STEM;
4.    Bapak Dr. Ir. Sabardi Musliki, MSc sebagai Pembimbing ;
5.   Bapak Robiyanto P. Tolla, ST sebagai Kasie. Pengawasan dan Pengendalian Pertambangan Umum;
6.    Bapak Jusuf A. M. Sanu, ST sebagai  Kasie. Inventarisasi dan Penataan Wilayah;
7.    Rekan-rekan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Rote Ndao;
8.    Rekan-rekan seperjuangan Program Studi Keinspekturan Tahun Akademik 2010/2011;
9.    Semua pihak yang telah membantu Penulis yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Kertas Kerja Wajib ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon masukan ataupun saran dari pembaca untuk melakukan perbaikan di masa yang akan datang. Semoga apa yang dituangkan dalam Kertas Kerja Wajib ini bermanfaat untuk pembaca dan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao.

Cepu,    Mei   2011
Penulis,



Jois Malindo Dano
Nim. 551006 /A
INTISARI
Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih mangan utama adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimenter dan residu. Mangan mempunyai warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai submetalik, kekerasan 2 – 6, berat jenis 4,8, massif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur fibrous dan radial.
Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan hidrotermal, cebakan sedimenter, cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut, cebakan metamorfosa, cebakan laterit dan akumulasi residu. Sekitar 90% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses produksi besi-baja, sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi antara lain untuk produksi baterai kering, keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain.
Kabupaten Rote Ndao terletak di sebelah barat Pulau Timor, terletak berbatasan dengan sebelah utara dan barat dengan Laut Sawu, sebelah timur dengan  Selat Rote/Laut Timor, sebelah selatan  berbatasan dengan Samudera Indonesia (Hindia).
Pemerintah Daerah Kabupaten Rote Ndao melalui Dinas Pertambangan dan Enaergi telah melaksanakan inventarisasi bahan galian jenis mineral logam dan non logam di seluruh kecamatan. Bahan galian yang dapat dijadikan komoditi unggulan tercermin dari hasil inventarisasi tersebut sehingga perlu tindak lanjut penyelidikan yang lebih rinci terhadap komoditi yang diunggulkan.
Daerah Rote Ndao adalah merupakan salah satu daerah yang memiliki sumberdaya mineral baik logam maupun non logam. Untuk logam diketahui mineral yang dapat diidentifikasi adalah besi dan mangan.  Non logam terdiri dari : Lempung  Bentonitan; Batu Gamping; Kalsit; Batu Hias (setengah permata); Sirtu; Gipsum dan Barit. Desa Sunusa Kecamatan Rote Barat Daya merupakan salah satu desa yang memiliki potensi mangan.

                                                                                                                                       I.                   PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang Penulisan
Kebutuhan barang tambang mangan dewasa ini makin meningkat seiring dengan peningkatan teknologi dan kebutuhan akan mangan. Mangan merupakan logam yang digunakan untuk berbagai macam kebutuhan seperti campuran logam untuk menghasilkan baja, campuran logam untuk kebutuhan baterai dan untuk berbagai kebutuhan logam lainnya.
Mangan merupakan salah satu dari 12 (dua belas) unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Mineral mangan yang diketahui ada sekitar 300 jenis. Namun yang sering dijumpai dalam cebakan bijih komersial ada 13 (tiga belas)  jenis. Pirolusit dan psilcmelan merupakan mineral yang umum menjadi cebakan utama bijih mangan.
Di Indonesia, cadangan mangan cukup besar namun tersebar dibanyak lokasi, yang secara individu umumnya berbentuk kantong atau lensa berukuran kecil dengan kadar yang bervariasi.
Pada era otonomi daerah yang dimulai pada tahun 2001 maka informasi potensi bahan galian dimasing-masing kabupaten merupakan data dasar yang sangat penting dalam menentukan kebijakan  pengelolaan bahan galian di daerah. Kegiatan inventarisasi sumber daya mineral ini diharapkan dapat menghasilkan  kajian yang lebih rinci  tentang potensi bahan galian yang meliputi jenis, sebaran, kualitas dan kuantitasnya, sehingga dapat diketahui  peluang pemanfaatannya di samping  dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah serta sebagai bahan pertimbangan investasi bagi pelaku usaha pertambangan.
1.2.            Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan Kertas Kerja Wajib ini adalah supaya kita dapat mengetahui potensi mangan yang ada di Kabupaten Rote Ndao dan juga sebagai salah satu syarat kelulusan program diploma I pada Jurusan Teknik Umum Program Studi Keinspekturan PTK AKAMIGAS-STEM.
1.3.            Batasan Masalah
Pembahasan pada Kertas Kerja Wajib ini dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan potensi mangan di Kabupaten Rote Ndao Provinsi Nusa Tenggara Timur yang meliputi :
1.             Geologi Regional
a)        Fisiografi
b)        Morfologi
c)        Stratigrafi
2.             Geologi Umum
3.             Geologi Lokal
a)        Stratigrafi
4.             Struktur Geologi           

5.             Jebakan Bijih Mangan  
a)        Umum
b)        Endapan bijih mangan di desa Sunusa
1.4.            Sistimatika Penulisan
Kertas Kerja Wajib ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika sebagai  berikut :
1.             Bab I Pendahuluan : menjelaskan mengenai latar belakang penulisan, tujuan penulisan, batasan masalah yang dibahas di dalam Kertas Kerja Wajib dan sistematika penulisan.
2.             Bab II Orientasi Umum : mengulas tentang sejarah singkat Kabupaten Rote Ndao, struktur organisasi Dinas Pertambangan dan Energi, tugas dan fungsi dari Dinas Pertambangan dan Energi dan Bidang Pertambangan Umum serta sarana dan fasilitas yang ada di Kabupaten Rote Ndao.
3.             Bab III Tinjauan Pustaka : memberikan penjelasan tentang geologi, sumber daya mineral dan tahapan-tahapan kegiatan pertambangan
4.             Bab IV Pembahasan : menguraikan tentang geologi regional Kabupaten Rote Ndao, geologi umum Kabupaten Rote Ndao dan geologi lokasi Desa Sunusa Kecamatan Rote Barat Daya.
Bab V Penutup : berisi tentang kesimpulan dari penulisan kertas kerja wajib serta saran-saran untuk Pemerintah Kabupaten Rote Ndao




II.                     ORIENTASI UMUM
2.1.            Sejarah Singkat Kabupaten Rote Ndao
Kabupaten Rote Ndao merupakan kabupaten yang paling selatan di Negara Republik Indonesia dan merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2002 dan beribukota di Ba’a. Secara geografis Kabupaten Rote Ndao terletak antara 10° 25' 11'' - 11° 00'  Lintang Selatan  dan 121°49' - 123°26' Bujur Timur.
Kabupaten ini terdiri dari 9 pulau dimana 6 pulau berpenghuni (pulau Rote, pulau Usu, pulau Nuse, pulau Ndao, pulau Landu dan pulau Do'o)  sedangkan 3 pulau lainnya tidak dihuni manusia.

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Rote Ndao
2.2.            Struktur Organisasi
Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Rote Ndao dipimpin oleh Kepala Dinas dan dibantu oleh  Sekretaris, Kepala Bidang Pertambangan Umum dan Kepala Bidang Listrik dan Energi.
Sekretaris dalam kesehariannya dibantu oleh 3 (tiga) Subag yakni : Subag Umum dan Kepegawaian, Subag Keuangan dan Perlengkapan dan Subag Penyusunan Program dan Pelaporan.
Kepala Bidang Pertambangan Umum dalam kesehariannya dibantu oleh      3 (tiga) Seksi yakni : Seksi Inventaris dan Penataan Wilayah, Seksi Pengusahaan Pertambangan Umum dan Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pertambangan Umum dan lingkungan.
Kepala Bidang Listrik dan Energi  dibantu oleh 3 (tiga) Seksi yakni: Seksi Inventaris dan Pemanfaatan Potensi Listrik dan energi, Seksi Pengusahaan Listrik dan Energi serta Seksi Pengawasan dan Pengendalian Listrik dan Energi.
2.3.            Tugas dan Fungsi Terkait
Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Rote Ndao adalah sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Rote Ndao Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah.
2.3.1.      Dinas Pertambangan dan Energi
Dinas Pertambangan dan Energi mempunyai tugas pokok : “Membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pertambangan dan energi berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan”.
Dalam melaksanakan tugas pokok di atas Dinas Pertambangan dan Energi mempunyai fungsi :
1.             Perumusan kebijakan teknis bidang pertambangan dan energi;
2.             Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum pada bidang
pertambangan dan energi;
3.             Pembinaan dan pelaksanaan tugas pada bidang pertambangan dan energi;
4.             Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
2.3.2.      Bidang Pertambangan Umum
Bidang Pertambangan Umum mempunyai tugas pokok membuat rencana operasional di bidang pertambangan umum, membagi tugas, memberi petunjuk mengarahkan dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan di Seksi Inventarisasi dan Penataan Wilayah, Seksi Pengusahaan Pertambangan Umum, Seksi Pengawasan dan Pengendalian serta menandatangani laporan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas di bidang pertambangan umum.

Uraian tugas dari Bidang Pertambangan Umum adalah sebagai berikut:
1.      Membuat rencana operasional di bidang pertambangan umum berdasarkan rencana program Dinas Pertambangan dan Energi;
2.             Memberi petunjuk teknis perencanaan, pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pembinaan kegiatan di bidang pertambangan umum;
3.             Membagi tugas pekerjaan bawahan di bidang pertambangan umum sesuai tugas dan fungsinya;
4.             Penyelenggaraan pengumpulan data, geologi, keadaan endapan bahan galian, dan air bawah tanah yg berasal dari berbagai sumber informasi yang dimiliki;
5.             Membuat rencana penyusunan dan pengolahan bahan galian, dan air bawah tanah, survey bahan galian dan air bawah tanah yang dimiliki maupun yang belum diketahui keberadaannya;
6.             Melakukan penelitian terhadap rancangan ijin kuasa pertambangan dan izin pengelolaan air bawah tanah, melakukan fungsi koordinasi pengusahaan pertambangan dengan pihak yang berwewenang dalam rangka pemberian izin kuasa pertambangan dan izin pengelolaan air bawah tanah, membuat daftar pemberian izin kuasa pertambangan dan izin pengelolaan air bawah tanah;
7.           Mengevaluasi pelaksanaan tugas di bidang pertambangan umum dengan membandingkan rencana, peraturan dan prosedur yang berlaku agar diperoleh hasil yang diharapkan;
8.             Melaporkan kegiatan di bidang pertambangan umum sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
9.             Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan atasan baik lisan maupun tulisan.
Kepala Bidang Pertambangan Umum membawahi 3 (tiga) Seksi masing-masing :
1.             Seksi Inventarisasi dan Penataan Wilayah:
a.    Mempunyai tugas pokok membuat program di Seksi Inventarisasi dan Penataan Wilayah, memberi petunjuk, membimbing dan memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan serta mengkoordinasikan, mengevaluasi dan melaporkan tugas yang sudah dilaksanakan kepada atasan.
b.    Uraian Tugas :
Ø  Membuat rencana kegiatan di Seksi Inventarisasi dan Penataan Wilayah berdasarkan rencana operasional bidang pertambangan umum;
Ø  Membagi tugas pekerjaan bawahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi;
Ø  Memberi petunjuk dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas sesuai target yang direncanakan;
Ø  Melaksanakan inventarisasi meliputi pencatatan/pengumpulan data dan informasi bahan galian antara jenis, lokasi, potensi dan informasi lain yang terkait, pemetaan geologi dalam  rangka pengembangan wilayah dan penanggulangan bencana alam geologi;
Ø  Melakukan perencanaan tata ruang dan pengembangan wilayah pertambangan, pemeriksaan, analisis dan pelayanan laboratorium bahan galian dan air bawah tanah untuk menunjang tugas- tugas dan pelayanan umum, pemetaan zonasi pertambangan dan potensi bahan galian, mengkompilasi dan mengolah data hasil survey;
Ø  Melakukan perencanaan pandayagunaan air bawah tanah dalam rangka pengelolaan, pemanfaatan dan perlindungan air bawah tanah dan mata air, konservasi produksi bahan galian serta menyusun data cadangan pertambangan, melakukan pembinaan teknis pengelolaan air bawah tanah dan mata air, melakukan konservasi air bawah tanah dan mata air;
Ø  Melaksanakan eksplorasi pendahuluan dan pemetaan bahan galian dan air bawah tanah serta mata air;
Ø  Melaporkan kegiatan di Seksi Inventarisasi dan Penataan Wilayah sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
Ø  Mengevaluasi pelaksanaan tugas di Seksi Inventarisasi dan Penataan Wilayah dengan membandingkan rencana, peraturan dan prosedur yang berlaku agar diperoleh hasil yang diharapkan;
Ø  Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan atasan baik lisan maupun tulisan.
2.             Seksi Pengusahaan Pertambangan Umum
a.    Seksi Pengusahaan Pertambangan Umum mempunyai tugas pokok membuat program di Seksi Pengusahaan Pertambangan Umum, memberi petunjuk membimbing dan memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan serta mengkoordinasikan, mengevaluasi dan melaporkan tugas yang sudah dilaksanakan kepada atasan.
b.    Uraian Tugas :
Ø  Membuat rencana kegiatan di Seksi Pengusahaan Pertambangan Umum berdasarkan rencana operasional bidang pertambangan umum;
Ø  Membagi tugas pekerjaan bawahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi;
Ø  Memberi petunjuk dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas sesuai target yang direncanakan;
Ø  Melaksanakan pengumpulan data dan informasi bahan galian antara lain jenis, lokasi, potensi dan informasi lain yang terkait, pemetaan geologi dalam rangka pengembangan wilayah dan penanggulangan bencana alam gelogi;
Ø  Melakukan perencanaan tata ruang dan pengembangan wilayah pertambangan, pemeriksaan, analisis dan pelayanan laboratorium bahan galian dan air bawah tanah untuk menunjang tugas- tugas dan pelayanan umum, pemetaan zonasi pertambangan dan potensi bahan galian, mengkompilasi dan mengolah data hasil survey;
Ø  Melakukan perencanaan pendayagunaan air bawah tanah dalam rangka pengelolaan, pemanfaatan dan perlindungan air bawah tanah dan mata air, konservasi produksi bahan galian serta menyusun data cadangan pertambangan, melakukan pembinaan teknis pengelolaan air bawah tanah dan mata air, melakukan konservasi air bawah tanah dan mata air;
Ø  Melaksanakan eksplorasi pendahuluan dan pemetaan galian dan air bawah tanah serta mata air;
Ø  Melaporkan kegiatan di Seksi Pengusahaan Pertambangan Umum sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
Ø  Mengevaluasi pelaksanaan tugas di Seksi Pengusahaan Pertambangan Umum dengan membandingkan rencana, peraturan dan prosedur yang berlaku agar diperoleh hasil yang diharapkan;
Ø  Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan atasan baik lisan maupun tulisan.
3.             Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pertambangan Umum dan Lingkungan
a.    Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pertambangan Umum dan Lingkungan mempunyai tugas pokok membuat program di Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pertambangan Umum dan Lingkungan, memberi petunjuk, membimbing dan memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan serta mengkoordinasikan, mengevaluasi dan melaporkan tugas yang sudah dilaksanakan kepada atasan.
b.    Uraian Tugas :
Ø  Membuat rencana kegiatan di Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pertambangan Umum dan Lingkungan berdasarkan rencana operasional bidang pertambangan umum;
Ø  Membagi tugas pekerjaan bawahan sesuai dengan tugas dan fungsi;
Ø  Memberi petunjuk dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas sesuai target yang direncanakan;
Ø  Pemberian petunjuk teknis dan perencanaan program di Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pertambangan Umum dan Lingkungan;
Ø  Melaporkan kegiatan di Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pertambangan Umum dan Lingkungan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
Ø  Mengevaluasi pelaksanaan tugas di Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pertambangan Umum dan Lingkungan dengan membandingkan rencana, peraturan dan prosedur yang berlaku agar diperoleh hasil yang diharapkan;
Ø  Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan atasan baik lisan maupun tulisan.
2.4.            Sarana dan Fasilitas
Transportasi darat terdiri dari : Terminal Laitasi dan terminal Metina di Kecamatan Lobalain dan Terminal Baudale di Kecamatan Rote Tengah.
Transportasi laut terdiri dari :  pelabuhan Ndao di Kecamatan Rote Barat, pelabuhan Papela di Kecamatan Rote Timur, pelabuhan Ba'a di Kecamatan Lobalain, pelabuhan Pantai Baru di  Kecamatan Pantai Baru,  tambatan perahu Say di Kecamatan Rote Barat Daya serta tambatan perahu Daudolu di Kecamatan Rote Barat
Satu-satunya transportasi udara di Kabupaten Rote Ndao adalah Bandar Udara Lekunik yang terletak di Kecamatan Lobalain.

III.           TINJAUAN PUSTAKA
3.1.       Geologi
Geologi adalah ilmu pengetahuan tentang bumi secara keseluruhan, meliputi asal kejadiannya, kandungannya, bentuk fisiknya dan sejarahnya, serta segala proses alamiah yang mempengaruhi perkembangannya.
Sumber daya geologi adalah sumber daya alam yang berkaitan dengan geologi, seperti sumber daya mineral, sumber daya energi dan sumber daya air.
Peta Geologi adalah peta yang menggambarkan sebaran formasi batuan, struktur dan data geologi lainnya yang tersingkap di permukaan bumi 
3.1.1. Geomorfologi
Geomorfologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari asal (terbentuknya) topografi sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta terbentuknya material-material hasil erosi. Melalui geomorfologi dipelajari cara-cara terjadi, pemerian, dan pengklasifikasian relief bumi. Relief bumi adalah bentuk-bentuk ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam ukuran ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh pergerakan-pergerakan pada kerak bumi.
Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak diformulasikan oleh W.M. Davis.
Davis menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan bumi dikontrol oleh tiga faktor utama yaitu struktur, proses dan tahapan. Struktur di sini mempunyai arti sebagai struktur-struktur yang diakibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi. Proses-proses yang umum terjadi adalah proses erosional yang dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan dan sifat-sifat lainnya dari batuan.
Selanjutnya dalam mempelajari geomorfologi perlu dipahami istilah-istilah katastrofisme, uniformiaterianisme dan evolusi.
1.             Katastrofisme merupakan pendapat yang menyatakan bahwa gejala-gejala morfologi terjadi secara mendadak, contohnya letusan gunung api.
2.             Uniformitarianisme sebaliknya berpendapat bahwa proses pembentukkan morfologi cukup berjalan sangat lambat atau terus menerus, tapi mampu membentuk bentuk-bentuk yang sekarang, bahkan banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lalu juga terjadi pada masa sekarang dan seterusnya.
3.             Evolusi cenderung didefinisikan sebagai proses yang lambat dan dengan perlahan-lahan membentuk dan mengubah menjadi bentukan-bentukan baru.
Analisis pada suatu daerah (secara regional) dapat dilakukan pada foto udara atau pada peta Topografi. Analisis morfologi dapat dilakukan dengan pemisahan-pemisahan unsur-unsur morfologi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Satuan morfologi pada orde satu dapat dikelompokkan sebagai pegunungan dan dataran. Pada orde kedua, pegunungan dapat diuraikan lagi sebagai pegunungan plateu, pegunungan kubah, pegunungan lipatan, pegunungan kompleks dan gunung api. Sedangkan dataran, pada orde kedua dapat diuraikan lagi sebagai dataran pantai, dataran banjir, dataran danau, dataran aluvial dan dataran glasial.
3.1.2.      Struktur Geologi
Struktur geologi adalah ilmu mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya.
Struktur geologi mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi geomorfologi, metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga dimensi batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik, lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat dipadukan pada waktu dengan menggunakan kontrol stratigrafi maupun geokronologi, untuk menentukan waktu pembentukan struktur tersebut.
Secara lebih formal dinyatakan sebagai cabang geologi yang berhubungan dengan proses geologi dimana suatu gaya telah menyebabkan transformasi bentuk, susunan atau struktur internal batuan kedalam bentuk, susunan atau susunan intenal yang lain.
3.1.3.      Stratigrafi
Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari lapisan-lapisan batuan dan hubungannya satu dengan yang lain (umur, hubungan lateral dan vertikal, penyebaran serta terjadinya) dengan tujuan untuk mengetahui sejarah bumi dan pengetahuan lainnya dari lapisan batuan yang mempunyai arti ekonomis.
Unsur-unsur Stratigrafi adalah : unsur batuan, unsur perlapisan dan unsur struktur sedimen. Beberapa istilah perlapisan adalah sebagai berikut:
1.             Varves : endapan danau gletser
2.             Cyclothems : lapisan berulang dalam skala besar, terdiri dari endapan marin diselingi endapan non marin
3.             Transgresi : perubahan kenaikan muka air laut
4.             Regresi : perubahan penurunan muka air laut
5.             Unconformity (ketidakselarasan) : suatu bidang stratigrafi yang menunjukan adanya interupsi penting dalam catatan stratigrafi.
Kontak Stratigrafi/Kontak Antar Lapisan terdiri dari 2 (dua) macam yakni:
1.             Kontak Lapisan Selaras, kontak antara 2 (dua) lapisan yang sejajar atau kecil sekali interupsi pengendapan, terdiri dari 2 (dua) macam yakni :
·      Kontak Tajam : hasil perubahan kondisi lingkungan pengendapan setempat suatu minor interupsi pengendapan atau terhentinya pengendapan sesaat.
·      Kontak berangsur : perubahan litologi berangsur sebagai refleksi perubahan lingkungan pengendapan yang berangsur pula.
2.             Kontak Lapisan Tidak Selaras, terputusnya pengendapan akibat perubahan kondisi lingkungan yang disebabkan pengangkatan atau erosi.


Ada 4 (empat) macam ketidakselarasan yang dikenal yaitu :
1.             Angular Unconformity : lapisan yang lebih muda terletak di atas lapisan yang telah terlipat dan tererosi.
2.      Disconformity : ketidakselarasan dimana lapisan di atas dan di bawah bidang ketidakselarasan adalah sejajar, dan bercirikan pada permukaan bidang ketidakselarasan merupakan bidang erosi yang tidak rata dan tidak beraturan.
3.      Paraconformity : ketidakselarasan dimana lapisan di atas dan di bawah permukaan bidang ketidakselarasan adalah sejajar, pada permukaan bidang ketidakselarasan tidak terdapat erosi atau tanda-tanda fisik lain.
4.      Nonconformity : ketidakselarasan yang terjadi antara lapisan batuan sedimen dan batuan beku atau metamorf yang lebih tua dan terkena erosi
Sistem stratigrafi menurut Komisi Stratigrafi (1961) dikenal 4 (empat) kategori dasar :
1.             Satuan Waktu Geologi, bagian dari teori untuk memudahkan dalam pernyataan hubungan waktu.
2.             Satuan Stratigrafi Waktu, tumpukan-tumpukan sedimen mempunyai ciri karena pembentukannya selama waktu tertentu.
3.             Satuan Stratigrafi Batuan terdiri dari:
·           Kelompok satuan stratigrafi batuan   yang tersusun dari dua atau lebih formasi yang berhubungan satu sama  lain.
·           Formasi satuan dasar dari satuan stratigrafi batuan yang merupakan bagian dari kelompok dan mempunyai ciri-ciri litologi yang khas, mungkin mempunyai satu macam jenis batuan yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda dari satuan formasi lainnya.
·           Anggota bagian dari formasi yang    berkembang baik sehingga mempunyai ciri litologi yang dapat dibedakan dari bagian-bagian lainnya dalam formasi itu.
·           Lapisan, lidah dan lensa merupakan bagian dari anggota yang dapat dipisahkan karena ciri litologinya yang lebih jelas (khas) lagi.
4.             Satuan Biostratigrafi, tubuh lapisan batuan yang dipersatukan berdasarkan kandungan fosil atau ciri-ciri paleontology.
Kolom stratigrafi adalah urut-urutan satuan batuan suatu daerah, kronologis, sifat-sifat, pemerian umur, lingkungan pengendapan dll.
3.2.            Sumber Daya Mineral
Mineral adalah suatu zat padat dari unsur kimia atau persenyawaan kimia yang dibentuk oleh proses-proses anorganik dan mempunyai susunan kimiawi tertentu. Sumber daya mineral adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata.
3.2.1.      Endapan Mineral
Endapan mineral baik logam maupun non logam adalah suatu akumulasi atau konsentrasi di alam dari satu atau berbagai substansi yang dapat dimanfaatkan, umumnya dalam jumlah sedikit dan tersebar secara tidak merata di kerak bumi. Ada dua tipe endapan mineral yaitu primer dan sekunder.
Suatu endapan mineral dinamakan suatu endapan bijih, apabila dapat ditambang secara ekonomis. Ada banyak konsentrasi mineral di alam, tetapi hanya sedikit yang dianggap sebagai endapan bijih.
Pengelompokan mineral logam:
1.             Logam dasar : logam yang umum terdapat dan secara kimiawi lebih aktif. Contoh : tembaga (Cu), timbal (Pb), timah (Sn) dan seng (Zn).
2.             Logam mulia : logam yang secara ekonomis sangat berharga dan banyak dibutuhkan. Contoh : emas (Au), perak (Ag) dan platina (Pt).
3.             Logam ringan dan jarang : logam yang ditemukan dalam jumlah relatif sedikit dan tersebar di kulit bumi. Contoh : aluminium (Al), litium (Li), zirkonium (Zr), logam tanah jarang (REE).
4.             Logam besi dan paduan besi: logam yang lazim digunakan dalam industri dan campurannya. Contoh : besi (Fe), kobal (Co), nikel (Ni), khrom (Cr), mangan (Mn).
3.2.2.      Genesa Mangan
1.               Cebakan Terrestial
Menurut park (1956), cebakan mangan dibagi dalam 5 tipe yaitu :
-          Cebakan Hidrothermal.
-          Cebakan sedimenter, baik bersama-sama maupun tanpa affiliasi vulkanik.
-          Cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut.
-          Cebakan metamorfosa.
-          Cebakan laterit dan akumulasi residual.
Dari kelima tipe cebakan tersebut, sumber mangan komersial berasal dari cebakan sedimenter yang terpisah dari aktivitas vulkanik dan cebakan akumulasi residual.
Cebakan sedimen laut mempunyai ciri khusus yaitu berbentuk perlapisan dan lensa-lensa. Seluruh cebakan biji karbonat berasosiasi dekat dengan batuan karbonat atau grafitik dan kadang-kadang mengandung lempung yang menunjukkan adanya suatu pengurangan lingkungan pengendapan dalam cekungan terdekat.  Sebaliknya cebakan bijih oksida lebih umum dan berasosiasi dengan sedimen klasik berukuran kasar, dengan sedikit atau sama sekali bebas dari unsure karbon organic. Cebakan bijih ini dihasilkan di bawah kondisi oksidasi yang kuat dan bebas sirkulasi air.
2.               Nodul
Istilah Nodul mangan umum digunakan walaupun sebenarnya kurang tepat, karena selain mangan masih terkandung pula unsur pasir, nikel, kobalt, dan molybdenum, sehingga akan lebih sesuai bila dinamakan dengan nodul poli-metal.
Secara individu, nodul mempunyai kilap suram dengan warna coklat tanah hingga hitam kebiruan, tekstur permukaan dari halus hingga kasar. Setiap nodul mengandung satu atau lebih sisa-sisa makhluk air laut, pragmen batuan atau nodul lainnya. Nodul ini diliputi oleh lapisan mangan, besi, dan logam oksida lainnya yang berbentuk konsentris namun tidak terus-menerus. Lapisan lempung kemudian mengisi celah-celah diantara lapisan oksida tersebut secara tidak beraturan dan biasanya dapat dijadikan patokan dalam perhitungan periode pertumbuhan nodul bersangkutan.
3.2.3.      Kegunaan Mangan
Kegunaan mangan sangat luas, baik untuk tujuan metalurgi maupun non-metalurgi. Untuk tujuan non-metalurgi, mangan digunakan untuk produksi baterai, kimia, keramik dan gelas, glasir dan frit, pertanian, proses produksi uranium dan lainnya. Di Indonesia, industri hilir pemakai mangan adalah industri baterai, keramik dan porselein, industri logam dan industri korek api.
3.3.            Tahapan-Tahapan Kegiatan Pertambangan
3.3.1.      Penyelidikan Umum
Tahap awal kegiatan penemuan bahan galian yang didasarkan pada informasi kasar antara lain:
o       Peta Geologi
o       Penelusuran daerah tertentu
o       Jenis Tumbuhan tertentu.
o       Anomali batuan atau tanah
o       Tambang-tambang purbakala
Dilaksanakan dengan Cara :
o      Sumur uji
o      Pemboran inti
o      Parit uji
o      Mendulang
o      Foto udara
Data yang diperoleh masih kasar yang meliputi: lokasi endapan, jenis endapan, nama endapan dan taksiran kualitas/kadar
3.3.2.      Eksplorasi
Penyelidikan geologi atau eksplorasi umumnya dilaksanakan melalui 4 (empat) tahap sebagai berikut : survai tinjau, prospeksi, eksplorasi umum dan eksplorasi rinci.
Tujuan dari eksplorasi adalah untuk penentuan cadangan yang dapat ditambang baik jumlah maupun kualitasnya.
Data yang diperoleh dalam tahap eksplorasi adalah: kualitas  atau kadar, penyebaran kadar, bentuk dan letak serta ukuran dan sifat cadangan.
Kegiatan dalam tahap eksplorasi adalah : pengeboran, sumur uji, terowongan, dan shaft. Lewat kegiatan ekplorasi maka data yang diperoleh lebih rinci.

3.3.3.      Studi Kelayakan
Aspek-aspek yang harus diperhatikan atau dijadikan dasar penilaian dalam studi kelayakan adalah :
1.      Aspek ekonomi (nilai cadangan, harga, pasar dan biaya produksi)  
2.      Aspek teknologi ( teknik penambangan, pengolahan dan peralatan)
3.      Aspek lingkungan (lingkungan sekitar kegiatan)
3.3.4.      Perencanaan
1.      Perencanaan Teknik.
a.         Perencanaan sistim penambangan :
-       Tambang terbuka.
-       Tambang bawah tanah.
b.        Penentuan target produksi :
-       Produksi penambangan (kuantitas dan kualitas).
-       Produksi pengolahan (kuantitas, jenis dan kulaitas).
c.         Penentuan teknik pengolahan.
2.             Ekonomi :
a.         Nilai cadangan.
b.        Biaya produksi.
c.         Keuntungan.
3.             Lingkungan :
a.         Lingkungan sekitarnya.
b.        Pengelolaan lingkungan.
c.         Dampak dan penanganannya.
d.        Biaya pengelolaan.
3.3.5.      Persiapan
Persiapan konstruksi yang terdiri dari : pembangunan gedung (kantor, pabrik, laboratorium, aula, gudang dan bengkel), pembangunan tempat penimbunan hasil bongkaran, pembangunan perumahan karyawan, sarana olah raga dan pembangunan pelabuhan (laut dan udara).
Pembangunan jalan masuk ke lokasi pertambangan, jalan utama dan jalan tambang. Pembangunan sarana lainnya termasuk pembangunan tempat pengelolaan lingkungan.
3.3.6.      Penambangan
Penambangan adalah pekerjaan pengambilan endapan bahan galian dari batuan induknya. Sistem Penambangan ada 2 (dua) macam yakni sistim tambang terbuka dan sistim tambang bawah tanah.
Sistim tambang terbuka adalah sistim penambangan endapan bahan galian atau segala kegiatan penambangan yang dilakukan pada atau dekat
permukaan bumi yang berhubungan langsung dengan udara luar.
Sistim tambang bawah tanah adalah sistem penambangan endapan bahan galian atau segala kegiatan penambangan yang dilakukan jauh dari permukaan bumi, tidak berhubungan langsung dengan udara luar.
Cara pemilihan sistem penambangan adalah dengan perhitungan Break Even Striping Ratio (BESR).
BESR = A – B / C
A = Nilai endapan per ton biji
B = Biaya operasi per ton biji
C = Biaya pengupasan per ton tanah penutup
Jika BESR < 1  maka sistim penambangan yang dipakai adalah dengan sistem  tambang bawah tanah sedangkan jika BESR  > 1  maka sistim penambangan yang dipakai adalah sistem tambang terbuka, tapi bila
BESR  = 1  maka tidak ada keuntungan (pulang pokok).
 IV.           PEMBAHASAN
4.1.            Geologi Regional
4.1.1        Fisiografi
Kabupaten Rote Ndao terletak di sebelah Barat Pulau Timor, terletak berbatasan dengan sebelah Utara dan Barat dengan Laut Sawu, sebelah Timur dengan  Selat Rote/Laut Timor, sebelah Selatan  berbatasan dengan Samudera Indonesia (Hindia).  Merupakan bagian dari Busur Banda Luar yang tidak mempunyai gunung api, beranomali gaya berat negatif dan termasuk dalam zona gempa dangkal yang kedalaman pusat gempanya berkisar kurang dari 100 km.
Geologi dan strukturnya sangat rumit bila dibandingkan dengan keadaan geologi dan struktur geologi lainnya yang terdapat di Indonesia. Kerumitan geologi dan struktur geologinya tersebut tercerminkan oleh adanya :
-     Aneka ragam batuan dari berbagai umur seperti bongkah-bongkah asing beraneka macam ukuran yang terdapat pada Formasi Bobonaro dan batuan-batuan tersebut umumnya   bersentuhan secara struktur.
-     Pola/arah perlapisan dan kemiringan batuan dan struktur geologi terutama struktur (sesar geser dan normal) yang berkembang umumnya saling memotong satu sama lainnya dan tidak mengikuti pola/keadaan geologi yang normal, hal ini menandakan bahwa aktivitas tektonik  terjadi berulang kali.
-     Terdapatnya batuan campur aduk yang hampir menutupi kurang lebih 35 % dari luas pulau Rote.
Proses penunjaman berlangsung lagi pada Kala Miosen dan dalam proses ini unsus-unsur struktur yang telah ada  selama ini (sebelumnya) teraktifkan kembali di samping struktur-struktur baru yang terbentuk  setelah itu. Dalam proses penunjaman berjalan, berlangsung pula pengendapan Formasi Noiltoko (hasil aktivitas gunung api) dengan adanya akumulasi tufa di lereng palung yang dibarengi oleh proses lanjut pembentukan batuan campur aduk. Di tempat lain terendapkan Formasi Cablac yang terdapat di sundulan-sundulan struktur.  Kegiatan gunung api mencapai puncaknya pada kala Miosen Akhir. 
4.1.2        Morfologi
Berdasarkan peta topografi, pengamatan di lapangan serta kontrol terhadap batuan dan struktur, maka Kabupaten Rote Ndao dapat dibedakan menjadi 2 (dua) satuan morfologi yaitu : satuan morfologi pedataran dan satuan morfologi perbukitan bergelombang.
Satuan morfologi pedataran tersebar di bagian daerah pesisir/pantai yang melingkari pulau Rote ini, umumnya tersusun oleh batuan alluvial, dan endapan danau berupa : pasir, konglomerat napal, lempung dan batu gamping, sebagian berupa rawa dan umumnya digenangi air terutama pada  waktu pasang naik. Termasuk dalam satuan ini adalah  dataran-dataran sempit yang terdapat di beberapa tempat diantara  perbukitan.   Luas  satuan morfologi ini diperkirakan  mencapai     60 %  terhadap seluruh luas Pulau Rote ini.
Satuan morfologi perbukitan bergelombang lemah terdapat di bagian tengah  dari pulau ini yang memanjang sesuai dengan arah memanjangnya Pulau Rote (barat daya – timur laut), umumnya disusun oleh  batu lanau, napal, batu gamping, batu pasir, rijang, napal pasiran, konglomerat, tufa dasit. Di beberapa daerah tertentu, satuan ini dicirikan oleh “Kras” dari pada batu gamping. Luas  satuan morfologi ini diperkirakan  mencapai 40 %  terhadap seluruh luas Pulau Rote ini.
4.1.3        Stratigrafi
Menurut H.M.D  Rosadi, S. Tjokrosapoetro, S. Gafoer, K. Suwitodirdjo, 1979, peta Geologi Lembar Kupang - Atambua, skala 1 : 250.000, stratigrafi daerah Kabupaten Rote Ndao Nusa Tenggara Timur, dari tua ke muda  sebagai berikut        (Gambar 4.1) :
1.             Formasi Atitu (TRa) : di bagian bawah disusun oleh selang seling tipis batu lanau aneka warna  (merah, coklat, kelabu, kehijauan)  dengan napal dan batu gamping, batu pasir kuarsa, batu pasir mikaan, rijang dan batu gamping hablur merupakan sisipan tipis yang terdapat di dalamnya. Di bagian atas terdiri dari pergantian perlapisan kalsilutit putih agak kekuningan mengandung urat kalsit dengan serpih berwarna kelabu. Kalsilutit merupakan bagian yang terbesar. Berdasarkan banyaknya fosil holobia terutama pada singkapan batu lanau yang berwarna coklat kemerahan  maka umurnya diperkirakan trias akhir.
2.             Komplek Bobonaro (Tb) : secara litologi terdiri dari dua bagian pokok yaitu : lempung bersisik dan bongkah-bongkah asing yang bermacam-macam ukuran. Lempung bersisik mempunyai sifat seragam yaitu menunjukkan cermin sesar, lunak, berwarna aneka ragam (merah tua, kehijauan, hijau keabuan, merah kecoklatan, abu-abu kebiruan dan merah jambu). Terlihat garis-garis alir dengan pendaunan lemah, terutama apabila matrik lempung ini terdapat di sekitar batuan yang lebih kompeten. Kadang-kadang mengembang bila lapuk, memperlihatkan kemas berondong jagung. Lempung bersisik ini merupakan metrik dari bongkah-bongkah asing yang berasal dari batuan yang lebih tua. bongkah-bongkah asing tersebut antara lain batu gamping, batu pasir bermika, rijang dan batuan lain dari formasi yang lebih tua. Orientasi bongkah-bongkah asing ini agak teratur yaitu sejajar (sub pararel) dengan poros pulau rote dan kadang-kadang menunjukkan boudinasi dengan struktur kerucut dalam kerucut.  Dalam lempung bersisik terkandung fosil-fosil foram yang menunjukkan umur formasi ini dari Mesozoikum sampai Pliosen. Kontaknya dengan formasi-formasi yang lebih tua cenderung bersifat tektonik.       
3.             Formasi Noele  (QTn) : Formasi disusun oleh napal pasiran berselang-seling dengan batu pasir, konglemerat dan sedikit tufa dasit seperti yang tersingkap di daerah Bolatena Kecamatan Rote Timur. Perubahan fasies ke arah lateral maupun perubahan litologi ke arah vertikal sangat cepat. Napal berwarna putih keabu-abuan, pasiran, kadang-kadang lanauan, banyak mengandung fosil foram. Batu pasir kadang-kadang menunjukkan perlapisan bertahap, berbutir sedang sampai kasar. Tebal masing-masing perlapisan berkisar antara              10 – 190 cm, pecahan-pecahan cangkang moluska umum terdapat dalam batu pasir ini. Komponen-komponen konglomerat agak membulat sampai membulat dan umumnya berasal dari rombakan-rombakan batuan malihan dan batuan yang lebih tua lainnya. Tufa berwarna putih, bersusunan dasit berlapis tipis sejajar, terdapat sebagai sisipan dalam napal. Formasi ini diperkirakan mempunyai kedalaman sekitar 700 m dan berumur Plio - Plistosen.      
4.             Batu Gamping Terumbu (Ql) : Umumnya berupa batu gamping koral berwarna putih sampai kekuning-kuningan dan kemerahan serta batu gamping napalan. Setempat berkembang pula batu gamping terumbu dengan permukaan kasar berongga. Di bagian bawah biasanya menunjukkan perlapisan yang hampir datar atau terungkit sedikit (30 sampai 50), sedangkan di bagian atas perlapisan tersebut tidak terlihat. Satuan ini membentuk topografi yang agak menonjol berupa bukit-bukit memanjang dengan puncak-puncak yang hampir datar. Puncak tertinggi didapatkan pada ketinggian sekitar 400 m di atas permukaan laut di Desa Limakoli Kecamatan Rote Tengah. Fasies batu gamping napalan yang terdapat dalam satuan ini mengandung fosil-fosil yang berumur Plistosen dengan ketebalan maksimum 300 meter. 
5.             Endapan Aluvium  (Qa) dan Endapan Danau : Terdiri dari pasir dan kerikil yang berasal dari bermacam-macam batuan, terdapat pada dataran banjir sungai-sungai seperti yang tersingkap di Desa Nggodimeda Kecamatan Rote Tengah. Lempung pasiran dan lumpur hitam terdapat di daerah rawa-rawa dan dataran pantai seperti yang terlihat di Desa Sarubeba Kecamatan Rote Timur.

Gambar 4.1. Peta Geologi Kabupaten Rote Ndao (Rusadi, dkk., 1979)
4.2.            Geologi Umum
Secara umum geologi disusun oleh batuan sedimen lingkungan laut. Hal ini dapat dilihat secara jelas dari susunan batuannya yang terdiri dari batu lempung, batu pasir, tufa dan konglomerat yang bersifat gampingan, di beberapa lokasi dijumpai adanya singkapan diatomae dan napal dengan sebaran yang cukup luas. Selain batuan tersebut di atas, di daerah Rote juga banyak dijumpai batu gamping atau batu kapur. Batu kapur terutama terdapat di daerah pinggiran pantai.
Secara fisik batuan sedimen memperlihatkan bentuk yang berlapis dimana perselingan antara batu pasir dan batu lempung maupun napal terlihat jelas batasnya.  Lapisan batu pasir khususnya pada bagian-bagian tertentu banyak mengandung besi, memiliki warna coklat tua kemerahan hingga kekuningan.
4.3.            Geologi Lokal
Endapan mangan ditemukan di daerah Sunusa Kecamatan Rote Barat Daya. Kondisi daerah sungai Sunusa adalah merupakan suatu bentuk depresi  dengan lembah kecil yang diapit oleh perbukitan landai disekitarnya. Bentang alam  tersebut dicirikan oleh adanya  kondisi vegetasi yang minim (Gambar 4.2).

Gambar 4.2. Foto bentang alam di daerah Sunusa
4.3.1        Stratigrafi
Berdasarkan hasil pengamatan geologi di lapangan menunjukkan susunan batuan daerah Sunusa dan sekitarnya dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
-     Satuan batuan bancuh (campur aduk) terdiri dari  batuan sekis, gneiss, batu pasir meta, tufa berbutir halus hingga sedang, berwarna  hijau, putih kotor, kecoklatan, hingga kemerahan. Satuan ini dijumpai pada bagian tenggara, sebaran satuan ini tidak begitu luas. Batuan ini muncul kepermukaan akibat  adanya penaikan offset litologi karena deformasi tektonik (sesar). Pada satuan ini batuan bak sekis, metasedimen serta batuan lainnya bercampur aduk menjadi satu sehingga sulit untuk dibedakan perkelompok mana kelompok batuan meta dan kelompok batuan bukan batuan meta.
-     Satuan batuan Tufa Manganis. Satuan ini berwarna pink, berbutir halus hingga sedang. Ciri lainnya yang dapat dikenal dari satuan ini adalah adanya perlapisan. Secara lokal batuan terlihat dalam keadaan masif, satuan ini tersingkap terutama di sepanjang sungai dan secara tidak selaras ditumpangi oleh batuan Tufa Karbonatan berwarna putih. Selain warnanya yang spesifik batuan ini juga mengandung bintik-bintik mangan.
-     Satuan batuan tufa karbonatan. Satuan ini secara fisik memiliki warna putih hingga putih kotor, struktur masif, setempat higroskopis, berbutir halus hingga kasar, setempat memperlihatkan bentuk yang hablur (tidak padat), dan terkadang bercampur dengan tufa berwarna coklat. Satuan ini di daerah Sunusa memiliki sebaran yang cukup luas, menempati terutama pada daerah perbukitan baik pada bagian barat maupun timur dan barat daya. Satuan ini secara tidak selaras (angular conformity) menumpangi satuan batuan tufa yang mengandung nodul mangan (bersifat manganis).
-     Endapan aluvium : Berdasarkan urutan posisi batuan endapan aluvium merupakan endapan teratas di daerah ini. Endapan ini dapat dibedakan dengan endapan aluvium yang terbentuk atau yang ada di pantai sekarang. Secara megaskopis endapan ini disusun oleh batuan lepas terdiri dari batuan yang ada sebelumnya seperti  batuan tufa manganis, tufa karbonatan batuan metamorfik dan nodul-nodul mangan. Mengingat posisinya yang terletak lebih tinggi serta kondisi morfologinya yang agak berbeda dibanding dengan endapan aluvium yang ada di pantai sekarang, menyebabkan endapan ini tidak memiliki sebaran yang cukup luas, terjebak dalam suatu cekungan yang kecil (small basin).

Gambar 4.3. Foto kenampakan batuan Tufa Manganis
4.4.            Struktur Geologi
Sepintas daerah ini terlihat  cukup sederhana secara litologi, namun berdasarkan pengamatan struktur daerah ini memiliki perubahan pola arah perlapisan yang cukup signifikan. Indikasi yang menunjukkan adanya pola struktur yang agak rumit dilihat dari pola indikasi struktur berupa drag fault yang teramati di sungai. Salah satu indikasi adanya struktur geologi dicirikan oleh drag fault  pada batuan tufa (Gambar 4.4).
Pada sisi lain pemunculan batuan asing di sebelah barat lokasi merupakan daerah kontak struktur antara batuan tufa karbonatan (putih) dengan batuan tufa manganis sekaligus menunjukkan batas sebaran batuan mengandung mangan di sebelah barat laut. Gambaran umum kondisi geologi lokal dapat dilihat pada Peta Geologi (Gambar 4.1).

 Gambar 4.4. Foto kenampakan adanya struktur (drag fault)
4.5.            Jebakan Bijih Mangan
4.5.1        Umum
Mangan (Mn)  termasuk unsur logam terbanyak  ke 12 dalam kerak bumi. Namun demikian jarang sekali ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk membentuk endapan bijih mangan. Unsur Mn diketahui dapat membentuk  lebih dari 300 mineral, diantaranya hanya sekitar lusinan yang merupakan tambang berarti.  Logam Mn tidak terdapat dalam keadaan bebas kecuali di meteor,  akan tetapi  keberadaannya tersebar luas di seluruh dunia  dalam bentuk bijih. Bijih  umumnya hadir sebagai mineral kelompok oksida, silikat dan karbonat,  namun hanya beberapa mineral  saja yang mempunyai arti ekonomi antara lain Pirolusit, Manganit, Psilomelan, Hausmanit, Rhodokrosit dan Rhodonit. Bijih mangan utama adalah pirolusit  yang mempunyai komposisi oksida dan terbentuk dalam cebakan tipe sedimenter dan residu. Sedangkan mangan berkomposisi oksida lainnya namun bukan sebagai mineral utama dalam cebakan bijih antara lain bauksit, manganit, hausmanit dan lithiofori. Sedangkan yang berkomposisi karbonat dan silika masing-masing adalah rhodokrosit dan rhodonit.
Logam mangan   penggunaannya dapat  dikelompokkan  menjadi tiga bagian yaitu  industri    metalurgi, kimia dan industri baterai .
Kwalitas bijih mangan dan jenis produksi paduan Mn yang lazim digunakan dalam kegiatan perdagangan dunia tidak banyak variasinya. Data yang bersumber dari  International Manganese Institute memperlihatkan     produksi bijih mangan dunia   terdapat dalam  tiga tingkatan kwalitas   sebagai berikut: Kadar Tinggi (> 44% Mn), Kadar Menengah (30-44% Mn) dan Kadar Rendah (< 30% Mn).
Secara umum  endapan mangan terdapat dalam berbagai  tipe yaitu :  hidrothermal, sedimenter dan pengayaan sekunder. Oleh karena itu cebakan mangan dapat berupa urat-urat, lensa-lensa, perlapisan, nodule dan konkresi hasil sedimentasi serta lateritik dari proses residual.  Saat ini sebagian besar mangan kelas dunia  diperoleh dari bijih mangan tipe sedimenter dengan lingkungan  marine seperti  yang terdapat di Rusia, India, Brasil, Afrika Selatan, Australia dan Gabon. Diantara mineral yang paling umum adalah berupa pyrolusit dan rhodokrosit. Sampai saat ini belum ada material pengganti mangan yang dapat dipakai untuk berbagai keperluan industri secara memuaskan.
4.5.2        Endapan Bijih Mangan di Desa Sunusa
Indikasi  endapan mangan dijumpai di daerah sungai Sunusa Desa Oebatu, Kecamatan Rote Barat Daya. Secara  megaskopis  memiliki ciri warna abu-abu, umumnya berbentuk rounded atau sub-rounded dengan ukuran kurang dari 1 cm hingga mencapai di atas 5 cm. Mangan juga terdapat dalam ukuran yang sangat kecil di bawah 1 mm, tersebar secara merata dalam batuan tufa berbutir halus sedang. Manifestasi yang kuat dengan keberadaan mangan jenis ini terlihat dari warna batuan tufa yang relatif berwarna pink. Endapan mangan di daerah ini dijumpai dalam bentuk nodul terdapat baik pada batuan tufa karbonatan  berwarna pink (Gambar 4.5) dan pada endapan teras aluvium (Gambar 4.6). Melihat dari sifat fisiknya diperkirakan mangan yang dijumpai pada endapan teras adalah berasal dari hasil rombakan dari endapan tufa di bawahnya yang berwarna pink.

Secara gelogi daerah Sunusa disusun oleh empat satuan batuan :  satuan batuan bancuh, satuan batuan tufa manganis, satuan batuan karbonatan dan endapan alluvium. Hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa satuan batuan yang diduga mengandung mangan adalah satuan batuan berwarna pink, satuan ini secara geologi bersifat tidak selaras dengan satuan di atasnya. Mangan pada satuan ini dijumpai dalam bentuk nodul dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter hingga mencapai 10 sentimeter.


                              Gambar 4.5. Foto singkapan Nodul Mangan dalam Tufa di Sunusa 
Dari hasil penelusuran di lapangan diketahui bahwa kandungan mangan ke arah hilir semakin berkurang sedangkan ke arah atas semakin bertambah. Hal ini diketahui dari kerapatan adanya nodul mangan  baik yang terdapat pada batuan tufa pink maupun pada endapan alluvium.

Dari beberapa sumur uji yang telah dibuat ternyata prosentase terdapatnya nodul mangan tidak merata. Dari sebagian yang mengandung nodul mangan maka diperkirakan luas sebaran mempunyai dimensi 420 m x 240 m, dengan ketebalan lapisan yang mengandung mangan rata-rata 2 meter. Dengan berat jenis sekitar 1,89 dan prosentase rata-rata keterdapatan nodul mangan 2%, maka sumber daya tereka endapan nodul mangan primer (dalam batuan tufa) adalah : 420 x 240 x 2 x 1,89 x 2% = 7.620 kg. Sedangkan keterdapatan endapan mangan aluvial dengan sebaran sepanjang 320 m ,  lebar 140 meter, tebal 0,20 meter  serta prosentase 5 %, maka sumber daya endapan mangan pada aluvial adalah : 320 x 140  x 0,40 x 1.89 x 5% = 1.692 kg, sehingga total potensi sumber daya tereka  adalah 9.312 kg.



Gambar 4.6. Foto singkapan nodul mangan dalam endapan aluvium


V.           ­PENUTUP
5.1.        Kesimpulan
Daerah Rote adalah satu daerah yang memiliki potensi sumberdaya mineral, baik mineral logam yang terdiri dari besi dan mangan, maupun mineral non logam yang terdiri dari lempung  bentonitan, batu gamping, kalsit, batu hias (setengah permata), sirtu, gypsum dan barit.
o   Endapan mangan di daerah Sunusa terdapat dalam batuan tufa karbonatan endapan alluvium dalam bentuk nodul berwarna pink. Hasil  analisa  adalah Mn total = 44,74 %.
o   Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa kearah hilir sungai prosentase keterdapatan  berkurang sedangkan kearah hulu jumlah nodul mangan semakin banyak. 
o   Hasil analisis X-Ray terhadap batuan tufa yang mengandung mangan diketahui terdiri atas unsur monmorilonit, halloysite, calcite dan alpha quartz .
o   Secara kualitatif   nodul mangan sekunder tersebut memiliki kadar  tinggi  (Mn tot : 44,74%) yang cocok untuk industri metalurgi.  Namun demikian potensi sumber daya tereka nampaknya  sedikit jumlahnya yaitu sebanyak 9.312 kg, sehingga tidak ekonomis untuk diusahakan penambangannya dengan sekala menengah. Sedangkan untuk penambangan sekala rakyat dengan cara sederhana perlu diberikan beberapa penyuluhan.
5.2. Saran
  • Penyuluhan kepada masyarakat untuk penambangan mangan di daerah Sungai Sunusa dengan cara sederhana.
  • Pemerintah Kabupaten Rote Ndao melalui Dinas Pertambangan dan Energi harus mencari sumber potensi mangan di daerah lain, sehingga melalui sumber daya mineral tersebut dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Rote Ndao.

DAFTAR  PUSTAKA
1.             Bambang Pardiarto,  Bambang S.,   Dwi Nugroho S., 2005, Tinjauan Endapan Bijih Mangan di Indonesia : Permasalahan dan Peluang Pengembangan, Mineral dan Energi , vol 3, no. 2 Juni 2005, Balitbang Mineral dan Energi.
2.             Bemmelen. R.W.Van, 1949,   The Geologi   Of   Indonesia,   Vol   II   Economic Geology; The Haque, Netherland.
3.             H.M.D  Rosadi,   S. Tjokrosapoetro,   S. Gafoer,  K. Suwitodirdjo,   1979,    Peta Geologi Lembar Kupang-Atambua, skala 1 : 250.000.   
4.             Katili. J.A;  1980, Geotektonics Of Indonesia, a modern view; Departmen Of Geology, Bandung Institute Of Technology, Bandung.
5.             Tushadi Madiadipoera, 1982, Bahan Galian Industri Indonesia, Direktorat   Sumber Daya Mineral, Bandung.